ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK USIA REMAJA
OLEH :
SUNARDI
SEKOLAH
TINGGI ILMU KEPERAWATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2010
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis
akhirnya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat waktu. Dan dengan mengucap puji syukur atas curahan kasih
karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu dan akal sehat sehingga dengan
ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK USIA
REMAJA” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah “KOMUNITAS II”.
Segala upaya telah penulis lakukan dan tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.Diantaranya :
1. Agusta D. E S.Kep, Ns selaku Dosen
Pembimbing mata kuliah Komunitas II
2. Teman-teman
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis dengan segala kerendahan hati
merasa bahwa dalam penyusununan makalah ini kurang sempurna, walaupun makalah
ini telah diseleseikan dengan segenap kemampuan, pemikiran dan usahanya, dan
kiranya sangatlah membantu penyempurnaan makalah ini jika pembaca yang budiman
bersedia memberi masukan, saran serta kritikan yang jelasnya mendukung bagi
karya penulis. Seperti kata pepatah bahwa ”tiada gading yang tak retak” begitu
juga dengan keadaan makalah ini sekali lagi penulis mohon maaf jika makalah ini
kurang sempurna. Dan semoga makalah dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Kediri, 27 Oktober 2010
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja
sebagai calon penerus bangsa, aset bangsa. Tahap perkembangan yang rawan.
Masalah yang paling banyak ditemukan : kehamilan, penyalahgunaan obat dan
alkohol, kecelakaan, bunuh diri, penyakit karena hubungan sex ( Lancaster, 1996). Di
Indonesia, masalah remaja : penyalahgunaan obat dan alkohol, kehamilan,
perilaku kekerasan dan malnutrisi.
1.2 Tujuan
-
sebagai tugas akhir mata kuliah
komunitas II
-
memberikan sumber informasi kepada para
mahasiswa
BAB
II
ISI
2.1 PENGERTIAN
Remaja :
masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menujudewasa yang ditandai
dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis & psikososial.
• Remaja awal (13-14 thn)
• Remaja Tengah (15-17 Thn)
• Remaja
akhir (18-21 Thn)
2.2 PERKEMBANGAN
a. Perkembangan
Kognitif Remaja
• Abstrak. (teoritis) menghubungkan ide,pemikiran
atau konsep pengertian guna menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh
pemecahan masalah abstrak ; aljabar.
• Idealistik. berfikir secara ideal mengenai diri
sendiri, orang lain maupun masalah social kemasyarakatan yang ditemui dalam
hidupnya.
• Logika. berfikir seperti seorang ilmuwan,
membuat suatu perencanaan untukmemecahkan suatu masalah. Kemudian
mereka menguji cara pemcahan secara runtut, tratur dan sistematis.
b. Perkembangan
Psikososial Remaja
Tugas Perkembangan (Menurut
Havighurst)
-
Menyesuaikan
diri dengan perubahan fisiologis – psikologis
-
Belajar
bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun
wanita
-
Memperoleh
kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain
-
Remaja
bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
-
Memperoleh
kemandirian dan kepastian secara ekonomis
c. Perkembangan Identitas Diri
1. Konsep diri
2. Evaluasi
diri
3. Harga diri
4. Efikasi diri
5. Kepercayaan
diri
6. Tanggung
jawab
7. Komitmen
8. Ketekunan
9. Kemandirian
2.3 REMAJA DALAM KELUARGA
Masalah penting
hubungan keluarga adalah apa yang disebut dengan kesenjangan generasi antara remaja
dengan orang tua mereka (menonjol terjadi dibidang norma-norma sosial).
Sebab-sebab
umum pertentangan
dengan keluarga
adalah :
-
standart perilaku
-
Metode
disiplin
-
Hubungan dengan saudara kandung
-
Merasa jadi korban
-
Sikap yang sangat kritis
-
Besarnya kelurga
-
Perilaku yang kurang matang
-
Memberontak terhadap sanak keluarga
Konflik –
Konflik Remaja Dalam Keluarga
(Dariyo, 2004)
1. Konflik
Pemilihan Teman atau pacar.
-
Bila remaja wanita ; anaknya diharapkan
dapat menjaga diri agar jangan sampai terlibat dalam pergaulan bebas (free-sex,
narkoba)
-
Bila remaja laki-laki; anaknya
diharapkan selalu waspada
2. Konflik
pemilihan jurusan atau program studi
3. Konflik
dengan saudara kandung (Biasa terjadi pertengkaran, percekcokan atau
konflik antara anak yang satu dengan yang lain)
Pola Asuh Orang Tua
Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini
juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya
kepada anak bersifat hangat.
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak
harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini
cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa
yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum
anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi
biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik
dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak
apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan
oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
seringkali disukai oleh anak.
4. Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan
biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun
dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku
penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada
umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang tua
dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai
dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam
aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu
orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang
melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96),
pola asuh otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.
Moesono (1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaanpola asuh permisif atau dikenal
pula dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah,
menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau
memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
2.4 Faktor- Faktor terjadinya Kenakalan Remaja
1.Kondisi
keluarga yang berantakan (Broken Home)
2. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua
3. Status sosial ekonomi orang tua rendah
4. Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat
2.5 Secara Umum Mekanisme Koping pada remaja
1. Penguasaan Kognitif
-
Usaha
untuk belajar terhadap sistuasi atau stresor
-
Perbaiki
informasi dengan sharing, diskusi.
2. Conformity (penyesuaian)
- pengakuan kelompok
3. Perilaku terkontrol
- Remaja butuh perubahan dalam hidupnya
- Tidak
dapat menerima peraturan keluarga dan sekolah tanpa bertanya.
4. Fantasi
- Membantu mengembangkan berfikir fantasi
yang kreatif.
5. Aktivitas gerak
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN REMAJA
3.1 Pengkajian
•
Identitas
•
Riwayat & tahap perkmbangan keluarga
•
Lingkungan
•
Struktur keluarga
•
Fungsi keluarga
•
Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
•Status kesehatan sekarang dan masalalu
•Pola persepsi
dan pemeliharaan kesehatan
• Pola aktivitas dan latihan
• Pola nutrisi
• Pola eliminasi
• Pola istirahat
• Pola kognitif persepsual
• Pola toleransi stress/koping
• Pola seksualitas dan reproduksi
• Pola peran dan hubungan
• Pola nilai dan kenyakinan
• Penampilan umum
• Perilaku selama wawancara
• Pola komunikasi & Pola asuh orang tua
• Kemampuan interaksi
• Stresor jangka pendek & jangka panjang
3.2 Masalah keperawatan yang muncul
• Koping individu tidak efektif
• Perilaku destruktif
• Depresi
• Nutrisi kurang/lebih
• Resiko terjadi cedera
• Resiko terjadi penyimpangan seksual
•
Kurang perawatan diri
• Distress spritual
• Resiko penyalahgunaan obat
• Potensial peningkatan kebugaran fisik
• Potensial peningkatan aktualitasi diri.
• Konflik keluarga
•
Gangguan citra tubuh
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Keluraga
Resiko Tinggi Konflik keluarga (hubungan keluarga tidak
harmonis) berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah yang terjadi pada
remaja.
Perencanaan.
Diskusikan
faktor penyebab
Diskusikan
tugas perkembangan keluarga
Diskusikan
tugas perkembangan anak yang harus di jalani
Diskusikan
cara mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
Diskusikan
tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah
Ajarkan cara
mengurangi atau menyelesaikan masalah
Berikan pujian
bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membuat alternatif
3.4 Implementasi
Mendiskusikan
faktor penyebab
Mendiskusikan
tugas perkembangan keluarga
Mendiskusikan
tugas perkembangan anak yang harus di jalani
Mendiskusikan cara
mengatasi masalah yang terjadi pada remaja
3.5 Evaluasi
• Koping
individu efektif
• Perilaku konstruktif
• Tidak terjadi
depresi
• Nutrisi terpenuhi
• Tidak terjadi terjadi cedera
DAFTAR
PUSTAKA